Berlokasi di Anomali Coffe, Senopati pada 11 Juni 2013, Majalah VOICE melakukan
wawancara dengan Dennis. Berikut hasil wawancara lengkapnya.
Sejak usia 3 tahun, pria
kelahiran Jakarta 28 Juni 1993 ini telah berkenalan dengan musik. Saat itu Sang
Kakek yang juga seorang musisi mengajak Dennis mengunjungi pameran piano di
salah satu hotel di Jakarta. Dennis pun iseng memainkan tuts piano. Tak disangka,
apa yang dilakukannya itu merupakan awal kiblatnya di belantika musik Ia mulai
belajar piano klasik hingga kemudian beralih ke alat musik gesek biola. Ketika
berusia 14 tahun, Dennis kembali menantang dirinya dengan memainkan saksofon.
Ia mengaku menjadi saksofonis memiliki keunikan dan challenge tersendiri.
“Kesulitannya karena menggunakan fisik dan pernafasan (RED: meniup). “Selain
sibuk berkarya bersama grup musik Barry Likumahuwa Project (BLP), mahasiswa
jurusan hukum semester 2 di Universitas Atmajaya Jakarta ini juga aktif menjadi
pemain saksofon di Indonesian Youth Regeneration (IYR)_band jazz-pop yang
didirikannya bersama para musisi muda berbakat pada tahun 2009.
Prestasi Dennis dalam
bermain saksofon tentunya diperoleh melalui belajar keras. Setidaknya
semasa masih duduk di bangku sekolah
dasar dan menengah, Ia berlatih saksofon minimal 6 jam sehari. Kerja kerasnya
membuahkan hasil, Ia pun lantas menyandang sebutan saksofonis hingga bergabung
dengan Barry Likumahuwa Project (BLP). Tahun 2006 Dennis tampil di Jakjazz.
Sejak itu tawaran bermusik dan berkarya terus berdatangan. Ia juga telah
berkolaborasi dengan sejumlah musisi maupun vokalis ternama seperti Erwin
Gutawa, Rossa, Sandy Sandoro, Raisa, dll. Di usianya yang terbilang sangat muda,
Denis telah tampil di ajang-ajang bergengsi, tahun 2008 Ia dinobatkan sebagai
pemain saksofon termuda dalam Festival Jazz di Taichung, Taiwan. Dan pada tahun
2010, Ia bersama Indonesian Youth Regeneration (IYR), memenangkan Grand Prize
dalam ajang “The 2nd Singapore Performing Arts Junior Championship”.
Soal ditanya siapa tokoh
inspirasinya? Dennis menjawab, “Israel Houghton, Dia musisi bergenre gospel,
ada nilai moral dan spiritual di setiap liriknya”. Musik itu seperti Bahasa.
Yang berarti alat untuk berkomunikasi, paparnya. Itu sebabnya, menurut Dennis
musisi yang berhasil bukan hanya dinilai dari skill atau jumlah fansnya,
melainkan seberapa dalam Ia mampu menyentuh hati si pendengar, dan berorientasi
terhadap pesan positif yang disampaikan lewat music tersebut. Semboyan Dennis
“Keep The Music Played in Heart” pun membuat tiupan saksofonnya terdengar penuh
makna.
Baik di atas panggung
maupun dalam keseharian, Denis tetap stay fashionable. Karena baginya, fashion
adalah salah satu bentuk untuk mengekspresikan diri. (sumber: majalah Voice)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar